Selasa, 01 Februari 2011

REKONSTRUKSI MAKNA TAQWA-2 (Pendekatan Linguistik)*

Oleh Ashari Thamrin M

Pada pembahasan yang lalu dijelaskan bahwa secara morfologis Taqwa itu berasal dari kata Quwaa yang diasimilasi dengan prefix Ta. Sehingga -secara semantis- makna taqwa yang sejati adalah “menjadi kuat”.
Pemaknaan taqwa dengan (rasa) takut, jelas di luar pembahasan linguistic. Pemaknaan tersebut berdasarkan pendekatan psikologis, bahwa rasa takut akan siksa Allah dapat menyebabkan keimanan seseorang “menjadi kuat” (Taqwa). Adapun Taqwa yang dimaknai “melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan”, juga di luar pembahasan linguistic. Dan kalau pun masuk pembahasan linguistic, berarti masuk dalam pembahasan semantic yang sangat panjang.

Taqwa defenisi Depag
Taqwa Defenisi Departemen Agama dapat kita lihat dalam Al-Qur’an dan terjemahannya sebagaimana berikut ini :
[12]. Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. (Penjelasan QS. Al-Baqarah ayat 2)
[1046]. Yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi. (Penjelasan QS. An-Nur:52)

Taqwa Tafsir Ulama
1. Makna Takwa adalah melakukan keta’atan dengan mengharap pahala dari Allah dan menjauhi berbuat maksiat kepada-Nya karena takut jatuh ke dalam siksa Allah.
Takwa artinya melakukan perintah Allah sehingga Dia tidak kehilanganmu kala memerintahkanmu dan menjauhkan larangan-Nya sehingga Dia tidak melihatmu kala melarang-mu. (SUMBER: Manâhij Dawrât al-‘Ulûm asy-Syar’iyyah -Fi`ah an-Nâsyi`ah, Hadîts- karya Prof.Dr.Fâlih bin Muhammad ash-Shagîr, et.ali., h.99-103)
2. TAKWALLOH
Makna takwalloh (takwa kepada Alloh) adalah membuat perisai antara dirinya dengan azab dan murka Alloh, baik di dunia ataupun di akhirat. Dan perisai yang paling asasi adalah menegakkan tauhidulloh. Perintah untuk bertakwa ditujukan kepada 3 sasaran, yaitu:
1. Ditujukan kepada seluruh manusia, maka takwa di sini maknanya adalah menunaikan tauhid dan membersihkan dari syirik.
2. Ditujukan kepada kaum mukminin, maka takwa di sini maknanya adalah melaksanakan ketaatan kepada Alloh berdasarkan petunjuk Alloh dan meninggalkan kemaksiatan kepada Alloh berdasarkan petunjuk Alloh.
3. Ditujukan kepada seseorang yang sudah bertaqwa, maka perintah takwa di sini maknanya adalah perintah untuk melestarikan ketakwaannya.
Ruang lingkup Takwalloh meliputi seluruh tempat dan waktu, artinya di manapun dan kapan pun berada serta dalam kondisi apapun terkena kewajiban takwalloh. Dengan demikian, sifat takwalloh berbeda-beda sesuai dengan tempat, waktu dan keadaannya. Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id. Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)

Rekonstruksi Terminologi
Hipotesa penulis, ada kemungkinan kalangan ulama/udztas tidak melibatkan ilmu linguistic dalam menafsirkan makna taqwa. Hal ini jelas bermuara pada pemaknaan dan sosialisasi makna Taqwa yang kurang tepat. Dampaknya, sosialisasi yang dilakukan membingungkan atau tidak nyambung.
Tafsir Penulis, orang yang melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya belum tentu taqwa. Sebaliknya, orang yang taqwa, jelas melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Apa bedanya?
Illustrasinya sebagai berikut. Seorang Muslim mengucapkan Syahadat, melakukan shalat 5 waktu, Puasa, Zakat dan bahkan berhaji. Dia pun tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Tapi semua itu dia lakukan bukan karena Allah, mungkin karena jabatan, takut/malu kepada mertua, atau ikut-ikutan, dan sebagainya. Apa mungkin dia disebut bertaqwa? Jelas tidak, karena dia mengawalinya dengan keimanan yang palsu.
Kronologisnya harus dimulai dengan TAUHID atau keimanan yang haqiqi (sejati), bukan keimanan palsu yang didasarkan pada hal-hal selain Allah SWT. Dan keimanan inilah yang akan dipermak hingga menjadi kuat (Taqwa). Perhatikanlah Dalil berikut ini:
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). (Ali ‘Imran: 146-148)
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Yunus 62-63)
Landasan teori di atas mencerminkan makna taqwa, bahwa Taqwa adalah Keimanan sejati (Tauhid) yang diperkuat, sehingga tak ada lagi peluang bagi seorang yang beriman itu untuk berpikir dan melakukan perbuatan meninggalkan perintah Allah, apalagi berkhianat melakukan larangan-Nya. Taqwa adalah sebuah pohon, dan akarnya adalah keimanan. Adapun mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya, bukanlah Taqwa, tapi buah dari Taqwa.
Melakukan rekonstruksi taqwa tanpa memahami makna Taqwa, dapat bermuara pada kebingungan. Makna taqwa yang sejati adalah menguatkan keimanan/kepercayaan kepada Allah SWT. Olehnya itu, untuk merekonstruksi ketaqwaan ummat, selayaknya diawali dengan merekonstruksi Tauhid masing-masing ummat. Kalau kronologisnya dimulai dengan Tauhid, berarti yang harus diperbaiki terlebih dahulu dalam merekonstruksi ketaqwaan kita adalah Syahadat. Itu karena syahadat merupakan titik awal seseorang beriman kepada Allah SWT atau tidak. Mustahil meningkatkan/ menguatkan keimanan (Taqwa) jika iman saja belum beres.
Salah satu upaya untuk menguatkan keimanan (Taqwa) adalah puasa. Puasa yang dijalankan secara baik dan benar -tidak bisa tidak- pasti membawa pelakunya kepada penguatan keimanan, alias Taqwa. Bagaimana itu bisa terjadi? Itu sudah rumus atau constanta atau Hukum Allah.

Lampiran Instrumen Rekonstruksi
Taqwa dalam kategori Kata benda : at-Taqwaa (taqwa/ketaqwaan) (QS.al-Baqarah 97, 237), at_Taubah :108-109. Muttaquwn (orang-orang yang bertaqwa) Qs. Ar-Rad : 35. Taqwa dalam kategori Kata sifat : Atqaa (superlative : paling taqwa) QS.Al-Lail :17, QS. Al_Hujurat:13. Tuqaati (taqwa) QS. Ali imran 102. Taqwa dalam kategori Kata Kerja : Fi’il Madhy : Taqaw (QS.al-Maidah 93, An_Nahal 30), Taqaa (Ali Imran 76), An-Najm 32, A-A’raf: 35. Taqiyya QS. Maryam:13,18, 63. Fi’il Mudhary : Yattaq (sedang bertaqwa. QS. Annur:52), Yattaqu QS. Al-An’am :32, Yattaqi : at-Thalaq 2, 4-5, QS.Yusuf:90, Tattaquw (QS. Al-Anfal 29). TatTaqaetunna : Al-Ahzab 32. Fi’il Amr :
Makna taqwa dalam bentuk Fi’il (Kata Kerja) yakni Fi’il Madhy dan Fi’il Mudhary adalah bertaqwa. Sedangkan dalam bentuk Fi’il Amr adalah bertaqwalah.
==========
Opini Harian Palopo Pos, 2 Agustus 2008

1 komentar:

  1. Anda salah dalam mengambil kata dasar, taqwa berasal dari kata dasar wa qo ya. Silahkan cek disini

    http://corpus.quran.com/qurandictionary.jsp?q=wqy

    BalasHapus